Senin, 20 Januari 2025

Resonansi Milele

 Aku mencari sebuah tempat bernama "Milele," sebuah nama yang menggema dalam batin layaknya mantra. Tempat itu, dalam imajinasiku, adalah peraduan suci yang tak tersentuh oleh hiruk-pikuk dunia. Sebuah ruang di mana keheningan merangkul jiwa dan keindahan mengalir seperti sungai abadi. Dalam bayanganku, Milele adalah tempat di mana waktu berhenti, dan beban hidup melebur menjadi angin yang berlalu.  

Aku mendambakan sebuah sudut dunia yang tenang dan memukau, di mana aku dapat melarutkan segala keresahan, membiarkan semua masalahku sirna tanpa jejak. Aku ingin tenggelam dalam ketenangan itu, merasakan kedamaian yang hanya bisa ditemukan di tempat yang melampaui sekadar keindahan fisik sebuah oase bagi hati yang lelah.  

Kini, aku berada di Yogyakarta, kota yang penuh cerita dan misteri. Setiap kali badai kehidupan datang menghampiri, aku mencari pelarian. Aku selalu menuju tempat di mana aku menjadi asing, sebuah ruang yang menyembunyikanku dari dunia yang terlalu bising. Di sana, aku menjadi sekadar bayang-bayang, tak dikenal, tak dipedulikan, namun bebas.  

Namun, hasratku tetap terjaga,aku tidak ingin orang lain mengetahui tentangku, apalagi menyentuh persoalan yang kusimpan rapat di kedalaman hati. Aku ingin tetap menjadi rahasia, seperti sunyi yang memeluk malam. Tetapi, dalam setiap pelarian itu, aku bertanya-tanya,di manakah Milele berada? Adakah tempat itu benar2 nyata, atau hanya ilusi yang tercipta oleh jiwaku yang merindukan keabadian?  

Hingga kini, aku terus mencari. Langkahku melintasi waktu, tapi Milele masih bersembunyi dalam bayangan. Dalam kesendirian, aku sering merenung di lapangan luas, membiarkan air mata mengalir tanpa malu. Dalam tangis yang diam, aku menemukan ruang untuk bertahan, meski terkadang aku merasa seperti orang gila yang meratap kepada kehampaan.  

Inilah caraku untuk menyembuhkan diri. Dalam sunyi dan renungan, aku membiarkan luka-lukaku bernapas. Hanya inilah yang mampu kulakukan menyelam ke dalam diriku sendiri, meresapi setiap serpihan rasa, dan berharap suatu hari Milele akan memanggilku. Sampai saat itu tiba, aku adalah pengembara tanpa tujuan, berjalan dalam kesunyian, mencari sebuah keabadian yang kusebut Milele.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rumput hijau dikasihan

Di tengah lapangan sunyi, ia duduk dikelilingi warna hijau yang menenangkan ,warna yang diam2 selalu jadi tempat pulang bagi pikirannya yang...