Minggu, 06 April 2025

Aku Tak Lagi Marah, Aku Hanya Belajar

Pernah ada fase di mana aku meyakini bahwa ketulusan diberi dalam bentuk waktu, perhatian, dan kehadiran akan cukup untuk membuat seseorang bertahan. Aku membuka ruang, menundukkan ego, bahkan mencoba mengerti hal-hal yang tidak pernah dijelaskan. Tapi pada akhirnya, aku hanya berdiri sendirian, menunggu balasan dari seseorang yang bahkan tak lagi peduli untuk hadir.

Diam panjang bisa lebih bising daripada perdebatan. Alasan klise, respons yang terlambat, dan keterlibatan yang setengah hati adalah tanda yang terlalu jelas untuk diabaikan. Di titik ini aku berhenti marah. Karena ternyata, bukan amarah yg perlu dipelihara, melainkan kesadaran bahwa tidak semua orang layak menyaksikan versi terbaik dari diriku versi yang penuh empati, loyalitas, dan ketulusan.

Sisi terbaik dari diriku adalah anugerah. Dan anugerah, tak semestinya diberikan kepada mereka yang hanya datang ketika nyaman, lalu menghilang saat diminta bertanggung jawab. Ketidakhadiran mereka bukan kehilangan besar, melainkan bentuk penyaringan alami, mana yang benar2 peduli, dan mana yang hanya sekadar hadir tanpa niat untuk tinggal.

Aku tak lagi bergantung pada validasi eksternal. Aku tak mencari penjelasan dari mereka yang memilih diam. Karena dari ketidakhadiran itulah, aku menemukan keutuhan dalam diriku sendiri. Ketegasan untuk berhenti, keberanian untuk menyudahi, dan keikhlasan untuk melanjutkan adalah bentuk tertinggi dari perawatan diri.

Pada akhirnya, aku tak benar2 kehilangan apa pun. yang hilang hanyalah ilusi keterikatan yang sebetulnya timpang sejak awal. Dan dari sana, aku belajar bahwa memelihara harga diri jauh lebih penting daripada mempertahankan hubungan yang tidak seimbang secara emosional.

Karena yang benar2 layak melihat versiku yang utuh adalah mereka yang tahu cara tinggal, bukan hanya mampir untuk kemudian pergi tanpa pamit.

Rumput hijau dikasihan

Di tengah lapangan sunyi, ia duduk dikelilingi warna hijau yang menenangkan ,warna yang diam2 selalu jadi tempat pulang bagi pikirannya yang...